Alayasastra https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra <p> </p><p><em>Alayasastra</em> adalah jurnal ilmiah kesusastraan yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, terbit sejak tahun 2005.  Tulisan yang masuk ke dalam jurnal ini telah melalui proses review <em>double blind</em>. Jurnal ini merupakan jurnal penelitian kesastraan yang memublikasikan berbagai laporan hasil penelitian dalam bidang keilmuan kesastraan dan pembelajarannya. </p><p><em>Alayasastra</em> terbit secara berkala dua kali setahun pada bulan Mei dan November.</p><p>e-issn : <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1506324054&amp;1&amp;&amp;" target="_blank"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;">2615-6024</span></span></span></a></p><p>p-issn : <a href="http://u.lipi.go.id/1180426685" target="_blank"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;">1858-4950</span></span></span></a></p><p><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><br /><br /></span></span></span></p> en-US <p>Penulis yang menerbitkan naskah dalam jurnal ALAYASASTRA telah menyetujui hal-hal berikut:</p><ol start="1"><li>Hak cipta artikel tetap dimiliki oleh penulis.</li><li>Penulis memberikan hak penerbitan pertama atas naskah pada jurnal ALAYASASTRA dan sekaligus pelisensiannya ke dalam Creative Commons Attribution License ‘lisensi atribusi Creative Commons’ yang mengizinkan pihak lain untuk menggunakan atau mengutip artikel tersebut dengan tetap menyebutkan penulis asli dan terbitan pertama dalam jurnal ALAYASASTRA.</li><li>Penulis diperbolehkan menerbitkan artikel yang telah diterbitkan jurnal ALAYASASTRA melalui perjanjian kontrak terpisah dalam rangka penyebarluasan non-eksklusif (mis., memasukkannya ke dalam repositori institusi atau menerbitkannya dalam sebuah buku) dengan tetap menyebutkan terbitan pertama dalam jurnal ALAYASASTRA.</li><li>Penulis diizinkan dan dianjurkan untuk menyebarluaskan karyanya dalam dunia maya (mis., dalam repositori institusi atau laman penulis) sebelum dan selama proses penyerahan dokumen naskah karena dapat mendukung pertukaran yang produktif serta sitasi yang lebih awal dan luas.</li><li>Setiap naskah yang diterima harus dilampiri dengan Formulir Persetujuan Penyerahan Hak Cipta sebelum penerbitan artikel. Formulir Persetujuan Penyerahan Hak Cipta dapat diunduh <a title="Hak Cipta Alayasastra" href="https://doc-14-64-docs.googleusercontent.com/docs/securesc/l3ob79sc2u5d9hr3djt0j0pp64ttjvj1/3sp085lpq2iridngc7dniscirk4kdkco/1619586900000/14715640102851588869/01628616797066689871/1NRk1pp1h1zG0JtPl20nIR9nKTV0KsZnY?e=download&amp;authuser=0&amp;nonce=a6biqo1l7tgqm&amp;user=01628616797066689871&amp;hash=30tgp9jaecq5udkflsbij5ckr1ss63pp" target="_blank"><strong>di sini</strong></a>.</li></ol> alayasastrabbjt@gmail.com (Kustri Sumiyardana, S.S., M.Hum.) tyacattleya@gmail.com (Shintya) Tue, 31 May 2022 16:08:01 +0700 OJS 2.4.8.5 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 NARATOR DAN FOKALISATOR DALAM CERITA RAKYAT BUGIS MEONG PALO KARELLAE: KAJIAN STRUKTURALISME MIEKE BAL https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/882 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran narator, fokalisator, dan fabula dalam cerita rakyat Bugis Meong Palo Karellae. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan teori strukturalisme naratologi Mieke Bal. Sumber data diperoleh dari buku cerita rakyat Meong Palo Karellae diterbitkan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, narator dalam cerita rakyat Bugis Meong Palo Karellae berbeda-beda yaitu narator yang menceritakan pengalamannya sendiri, serta si pencerita yang berperan sebagai pelengkap. Kedua, peran fokalisator mendeskripsikan fenomena yang dilihatnya dalam bentuk sudut pandang. Ketiga. fabula berupa peristiwa, lokasi, dan tokoh. Peristiwa dan lokasi tersusun secara kronologis. Tokoh yang memiliki karakter dalam cerita adalah Sang Hiang Sri, Meompalo, Keluarga Pabbicara, Ibu Mangkau’na.</p><p> </p>Kata kunci: struktur naratif, cerita rakyat, narator, fokalisator, fabula Suhartini Lestari, Nensilianti Nensilianti, Suarni Syam Saguni Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/882 Tue, 31 May 2022 16:07:59 +0700 MENJAWAB FENOMENA RABUN SASTRA MELALUI PROYEK ALIH WAHANA PADA ERA MERDEKA BELAJAR https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/864 <p>Apresiasi dan ekspresi sastra adalah kunci terbentuknya pengalaman bersastra. Akan tetapi, aktivitas pembelajaran masih sebatas dominasi menghafal, mengerjakan soal, mencatat, dan mendengarkan ceramah. Minimnya pengalaman bersastra membuat siswa mengalamai rabun sastra. Di sisi lain, merdeka belajar ingin mewujudkan kemerdekaan berpikir. Tujuan penelitian ini adalah menjawab fenomena rabun sastra melalui sinkronisasi antara “Merdeka Belajar” dengan proyek (penugasan) alih wahana sastra.   Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan studi kepustakaan<em> (library research).</em> Langkah-langkah dalam penelitian ini, yakni dengan memilih topik, mengeksplorasi informasi, menentukan fokus penelitian, pengumpulan data, dan penyajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek alih wahana sastra mampu menjadi sarana pengalaman bersastra. Mampu mendekatkan ke arah kemerdekaan belajar, kemerdekaan berkreasi dan kompetensi multiliterasi. Melalui proses interpretasi dansaling berbagi gagasan dalam proyek alih wahana maka konsep “semua murid-semua guru” dalam merdeka belajar juga akan tercapai.</p><p> </p><p>Kata kunci: alih wahana, merdeka belajar, multiliterasi, rabun sastra</p> Muhamad Haryanto, Rahayu Pristiwati, Subyantoro Subyantoro Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/864 Tue, 31 May 2022 16:07:59 +0700 PERBANDINGAN LATAR DAN ALUR PADA LEGENDA DAN FILM FTV PANJI SEMIRANG: KAJIAN ALIH WAHANA https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/886 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perbandingan latar dan alur pada legenda dan film FTV “Panji Semirang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan, yaitu membandingkan antara legenda dan film. Teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori Alih Wahana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alih wahana dari legenda Panji Semirang ke dalam film Panji Semirang menyebabkan perbedaan dalam latar dan alur.  Legenda Panji Semirang berlatar masa kerajaan, sedangkan film Panji Semirang berlatar masa sekarang. Perbedaan alur cerita antara legenda dan film Panji Semirang nampak dalam struktur alur ceritanya dan pengembangan imajinasi penulisnya. Legenda Panji Semirang memiliki alur yang lebih sederhana dari pada film FTV Panji Semirang.</p><p align="justify">Kata-kata kunci: alih wahana, legenda, film, cerita Panji Semirang, cerita Panji</p> Naila Nilofar Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/886 Tue, 31 May 2022 16:08:00 +0700 MIMIKRI, HIBRIDITAS, DAN AMBIVALENSI DALAM CERPEN “KITA GENDONG BERGANTIAN” KARYA BUDI DARMA: KAJIAN PASCAKOLONIAL https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/899 <p>Pascakolonial memberi pengaruh dan dampak dalam kehidupan masyarakat di tanah bekas jajahan. Dampak tersebut juga tercermin dalam “Kita Gendong Bergantian” karya Budi Darma. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bentuk-bentuk dampak dan pengaruh pascakolonial yang berupa mimikri, hibriditas, dan ambivalensi. Metode yang digunakan meliputi tahapan identifikasi, kategorisasi, dan interpretasi. Teori yang digunakan berfokus pada teori Homi K. Bhabha dengan hasil penelitian berupa mimikri yang dilakukan oleh kelompok subordinasi, yakni cara berpakaian dan penggunaan aksesoris serta sumber bahan bakar dan makanan. Hibriditas berupa penghormatan dan upacara, perilaku kekerasan fisik dan verbal, serta pemberian perintah tidak logis. Ambivalensi berupa ketidaksampaian pada tahap peniruan penjajah dan berujung pada peringatan dari sesama pihak subordinasi dengan tujuan menyadarkan bahwa tindakan yang dilakukan adalah sesuatu yang sia-sia.</p><p><strong>Kata kunci</strong>: ambivalensi, cerpen, hibriditas, mimikri, pascakolonial</p> Eko Setyawan, Dimas Ridho W. S. Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/899 Tue, 31 May 2022 16:08:00 +0700 <em>SELF-LOVE<em/> DALAM CERITA RAKYAT INDONESIA https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/929 <p> </p><p>Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dalam cerita rakyat Indonesia khususnya dalam cerita Si Kelingking, Bujang Katak dan I Tui Tuing terdapat konsep <em>self-love</em> sebagai pendidikan karakter. <em>Self-love</em> merupakan konsep mencintai diri sendiri dan menghargai pendapat orang lain. Individu yang mampu <em>self-love</em> sebelumnya telah melalui <em>self-acceptance</em> dan <em>self-esteem</em>. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengaplikasian melalui pengumpulan data dan analisi data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam cerita rakyat Indonesia tersebut tokoh memiliki <em>self-love</em> karena telah menerima dirinya dan memiliki harga diri yang tinggi yang tidak mengakibatkan dirinya menjadi narsisistik. Pencapaian tokoh memiliki <em>self</em><em>-</em><em>love</em> didukung pula oleh masyarakat dan keluarga.</p><p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Kata kunci: <em>self-love, self-acceptance, self-esteem</em>, cerita rakyat.<br /></span></span></p> Inaqotul Fikroh Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/929 Tue, 31 May 2022 16:08:00 +0700 KONSTRUKSI DAN RESISTANSI RUANG TUBUH PASCAKOLONIAL DALAM CERPEN “KISAH SEORANG PENGANTIN” KARYA A.A. NAVIS https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/932 <p>Tubuh perempuan menjadi paling terdampak atas wacana kolonial. Hal itu dapat ditelusuri melalui teks-teks pascakolonial yang bertujuan mengkonfigurasi ulang signifikansi tubuh. Hal inilah yang ditelusuri dalam cerpen “Kisah Seorang Pengantin” karya A.A. Navis. Masalah yang diteliti meliputi konstruksi, chaos, dan resistansi tubuh pascakolonial tokoh ‘aku’ sebagai perempuan. Analisis dilakukan berdasarkan perspektif politik keruangan Sara Upstone, terutama konsep ruang tubuh. Analisis dilakukan menggunakan metode studi kepustakaan yang didasarkan pada tubuh sebagai ruang definitif, wilayah tertinggi, transformasi akhir, dan terminal ambiguity. Hasil analisis menemukan ‘aku’ tidak memiliki otoritas penuh atas tubuhnya. Kemudian, ‘aku’ juga berada dalam konstruksi sosial yang mengharuskan perempuan selalu menerima dan patuh. Stereotip itu menempatkan dirinya pada posisi yang inferior. Akan tetapi, kemudian terjadi chaos yang menjadi alternatif bagi ‘aku’ untuk melakukan resistansi. Hal itu akhirnya menjadi sumber perlawanan hingga meraih kembali entitas tubuh yang utuh.</p><p>Kata kunci: konstruksi, tubuh, pascakolonial, resistansi.</p> Lastry Monika Copyright (c) 2022 Alayasastra https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://alayasastra.kemdikbud.go.id/index.php/alayasastra/article/view/932 Tue, 31 May 2022 16:08:00 +0700